Apa Itu Competitive Catalogue dalam Pengadaan?

Competitive Catalogue merupakan salah satu metode yang disediakan dalam ekosistem e-purchasing Katalog Elektronik. Meskipun keberadaannya sering disebut berdampingan dengan negosiasi harga dan mini kompetisi, pemahaman mengenai konsep ini belum banyak dipahami para pelaksana pengadaan, terutama karena metode ini memiliki karakteristik yang cukup berbeda dibanding dua metode lainnya. Pedoman e-purchasing yang terdapat dalam dokumen yang Anda unggah memberi gambaran bahwa competitive catalogue bukan sekadar cara membeli barang dan jasa, melainkan mekanisme kompetisi yang dibangun di dalam katalog untuk pekerjaan konstruksi yang memiliki komponen dasar khusus.

Latar Belakang Munculnya Competitive Catalogue

Katalog Elektronik pada dasarnya dikembangkan untuk membantu pemerintah melakukan pembelian barang dan jasa secara lebih cepat, efisien, dan transparan. Namun tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi oleh produk standar. Untuk pekerjaan konstruksi, misalnya, ada banyak komponen dasar seperti beton, besi, material finishing, hingga jasa pendukung teknis yang tidak bisa sekadar “dibeli” seperti produk di marketplace biasa. Konstruksi membutuhkan perhitungan volume, komponen dasar, spesifikasi mutu, serta metode pengerjaan yang lebih kompleks.

Inilah yang melatarbelakangi hadirnya competitive catalogue. Metode ini digunakan untuk memfasilitasi komponen dasar konstruksi yang dikompetisikan dalam sistem katalog sehingga PPK atau PP tidak perlu melakukan proses tender kecil secara terpisah. Tujuan utamanya adalah mempercepat proses pemilihan penyedia konstruksi dengan tetap memastikan adanya kompetisi yang sehat antar penyedia untuk memberikan penawaran terbaik. Dalam pedoman katalog tercantum bahwa competitive catalogue digunakan khusus untuk paket yang memuat data dan informasi komponen dasar konstruksi yang kemudian dikompetisikan melalui sistem.

Definisi Competitive Catalogue dalam Konteks Pengadaan

Jika mengacu pada pedoman resmi, competitive catalogue adalah metode kompetisi berbasis katalog yang memuat data dan informasi yang ditawarkan oleh penyedia dalam ruang lingkup pekerjaan konstruksi, berupa komponen dasar konstruksi, yang kemudian dikompetisikan melalui sistem. Dengan kata lain, penyedia telah menyiapkan detail komponen konstruksi yang dapat dipilih dan dihitung melalui aplikasi katalog, lalu pembeli dapat mengajukan permintaan penawaran sehingga penyedia berlomba-lomba menawarkan harga terbaik berdasarkan komponen tersebut.

Sistem ini berbeda dengan negosiasi harga yang merupakan dialog langsung antara pembeli dan penyedia untuk menyepakati harga. Competitive catalogue justru menyediakan arena kompetisi yang lebih terstruktur karena setiap penyedia menawarkan komponen dasar secara komprehensif dan pembeli menilai berdasarkan struktur komponen tersebut. Untuk pekerjaan konstruksi yang memerlukan lebih banyak variabel teknis, metode ini menjadi lebih relevan dan proporsional.

Mengapa Competitive Catalogue Dibutuhkan

Pekerjaan konstruksi membutuhkan kombinasi antara komponen material, tenaga kerja, peralatan, dan durasi pengerjaan. Proses tender konvensional atau metode non-katalog seringkali membutuhkan waktu yang lebih panjang karena harus melalui tahapan evaluasi administrasi, teknis, dan harga secara rinci. Sementara itu, katalog elektronik hadir untuk mempercepat proses dengan menyediakan data yang telah distandarkan terlebih dahulu.

Namun, jika pekerjaan konstruksi dipaksakan menggunakan metode negosiasi atau mini kompetisi tanpa komponen dasar yang distandarkan, dikhawatirkan akan terjadi ketidaktepatan scope pekerjaan dan tidak adanya jaminan kompetisi yang seimbang. Karena itu competitive catalogue hadir sebagai jembatan: data komponen konstruksi sudah distandarkan oleh penyedia, sementara sistem memberikan ruang bagi pembeli untuk melakukan kompetisi harga.

Dengan lahirnya competitive catalogue, pemerintah memiliki alternatif metode e-purchasing yang lebih sesuai dengan karakteristik pekerjaan konstruksi namun tetap mengedepankan efisiensi dan akuntabilitas.

Perbedaan Competitive Catalogue dengan Negosiasi dan Mini Kompetisi

Agar metode ini tidak disalahartikan, penting untuk memahami perbedaannya dengan metode lain.

Negosiasi harga merupakan metode yang dilakukan pembeli dengan satu penyedia atau lebih melalui proses tawar-menawar terhadap harga satuan, biaya pengiriman, atau komponen lain. Proses negosiasi sangat bergantung pada komunikasi langsung dalam sistem, dan pembeli dapat meminta struktur harga sampai riwayat transaksi penyedia sebagai pertimbangan. Hal ini misalnya dijelaskan dalam bagian negosiasi harga pada pedoman e-purchasing.

Mini kompetisi adalah kompetisi antar dua atau lebih penyedia di katalog yang menawarkan produk sejenis. Pembeli menetapkan kriteria dan mengundang penyedia untuk mengajukan penawaran, lalu memilih harga terbaik.

Competitive catalogue berbeda karena data kompetisinya adalah komponen dasar konstruksi, bukan produk katalog standar. Penyedia memasukkan data komponen dasar konstruksi ke dalam sistem sehingga pembeli dapat menghitung total kebutuhan dan meminta penyedia berkompetisi berdasarkan perhitungan tersebut. Dengan demikian, kompetisinya bukan sekadar penawaran satuan produk, tetapi struktur komponen dan total biaya konstruksi yang distandarkan.

Lingkup Pekerjaan yang Cocok Menggunakan Competitive Catalogue

Tidak semua kebutuhan bisa menggunakan competitive catalogue. Metode ini umumnya digunakan untuk pekerjaan konstruksi seperti pembangunan fasilitas umum, perbaikan infrastruktur kecil, pengadaan komponen perbaikan bangunan, atau pekerjaan konstruksi lain yang terdiri dari komponen dasar yang telah ditetapkan.

Contohnya antara lain pekerjaan yang membutuhkan perhitungan volume beton, pasangan bata, lantai, plafon, cat, jaringan listrik, sanitasi, atau pekerjaan mekanikal-elektrikal yang membutuhkan komponen standar. Dengan competitive catalogue, pembeli cukup memilih komponen-komponen dasar yang diperlukan, kemudian sistem mengompilasi kebutuhan dan penerimaan penawaran dilakukan dalam sistem.

Karena penyedia sudah memasukkan data komponen secara standar, proses kompetisi lebih cepat dan transparan dibanding tender biasa. Ini memberi keuntungan bagi pemerintah, terutama untuk pekerjaan dengan skala menengah yang membutuhkan eksekusi cepat.

Cara Kerja Competitive Catalogue dalam Sistem

Pedoman menunjukkan bahwa competitive catalogue memuat informasi komponen konstruksi dalam sistem yang dapat dikompetisikan. Walaupun dokumen unggahan Anda fokus pada metode negosiasi, bagian competitive catalogue dijelaskan secara ringkas namun cukup jelas untuk melihat pola kerjanya. Penyedia mengunggah data komponen konstruksi dalam bentuk paket atau harga satuan yang menggambarkan detail material, alat, dan tenaga kerja yang dibutuhkan.

Pembeli kemudian memilih komponen tersebut sesuai kebutuhan proyek, melakukan perhitungan volume, dan mengajukan permintaan penawaran dalam sistem. Dua atau lebih penyedia akan memberikan harga terbaik berdasarkan struktur komponen tersebut. Pembeli kemudian memilih penawaran paling kompetitif berdasarkan harga dan kecocokan komponen.

Seluruh proses dilakukan dalam aplikasi katalog sehingga rekam jejaknya mudah diakses dan diaudit. Ini sejalan dengan prinsip transparansi dan auditabilitas yang juga diterapkan pada metode negosiasi.

Keunggulan Competitive Catalogue Dibanding Metode Lain

Metode e-purchasing selalu dikembangkan untuk mempercepat layanan publik tanpa mengorbankan kualitas dan akuntabilitas. Competitive catalogue memiliki sejumlah keunggulan yang membuatnya relevan digunakan dalam pekerjaan konstruksi tertentu. Pertama, metode ini mempercepat proses pemilihan penyedia konstruksi karena komponen telah distandarkan dalam sistem. Tidak diperlukan dokumen tender yang panjang dan tidak ada evaluasi administrasi yang rumit.

Kedua, kompetisi yang terjadi lebih sehat karena penyedia bersaing berdasarkan komponen yang sama. Hal ini mengurangi potensi manipulasi spesifikasi atau markup harga yang tidak wajar.

Ketiga, prosesnya terdokumentasi otomatis oleh sistem, sehingga memudahkan PPK dalam pemeriksaan kelayakan harga maupun audit. Ini serupa dengan bagaimana riwayat negosiasi harga dapat dilihat dalam sistem untuk metode negosiasi.

Keempat, metode ini membantu pemerintah mencapai efisiensi anggaran karena kompetisi terjadi secara langsung dan transparan. Penyedia tidak bisa memberikan harga terlalu tinggi karena penawaran mereka akan langsung dibandingkan dengan penyedia lain dalam sistem.

Tantangan dan Batasan Competitive Catalogue

Walau memiliki banyak keunggulan, competitive catalogue juga memiliki tantangan tersendiri. Tidak semua jenis pekerjaan dapat distandarkan menjadi komponen dasar. Pekerjaan konstruksi yang sangat teknis, membutuhkan desain khusus, atau memiliki tingkat risiko tinggi kurang cocok menggunakan metode ini.

Selain itu, competitive catalogue bergantung pada kesiapan penyedia dalam mengunggah data komponen konstruksi secara lengkap dan akurat. Jika data kurang akurat, pembeli dapat salah memperkirakan total kebutuhan atau biaya.

Dokumen pedoman juga menegaskan bahwa competitive catalogue adalah metode yang secara khusus disiapkan untuk komponen dasar konstruksi, sehingga penggunaannya tidak dapat diperluas ke produk non-konstruksi. Dengan demikian, PPK atau PP harus menentukan terlebih dahulu apakah kebutuhan yang hendak dipenuhi memang termasuk kategori konstruksi yang komponen dasarnya dapat dimasukkan ke dalam competitive catalogue.

Peran PPK dalam Penggunaan Competitive Catalogue

Sebagaimana pada metode e-purchasing lainnya, competitive catalogue menempatkan PPK dalam peran penting sebagai pihak yang memiliki kewenangan menilai kecukupan spesifikasi, kelayakan harga, serta kesesuaian komponen terhadap kebutuhan pekerjaan. PPK harus memahami komponen dasar konstruksi yang ditawarkan penyedia, memastikan volume pekerjaan tepat, serta mengevaluasi penawaran dari penyedia berdasarkan struktur biaya yang diberikan.

Selain itu, PPK juga bertanggung jawab memastikan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan penyedia benar-benar sesuai dengan komponen yang dipilih dalam sistem. PPK wajib melakukan verifikasi fisik terhadap pekerjaan sebagaimana tercantum dalam daftar komponen yang telah disepakati.

Peran ini sama pentingnya dengan peran PPK dalam negosiasi harga, seperti ketika PPK memeriksa riwayat transaksi dan struktur pembentuk harga. Di competitive catalogue, perannya lebih teknis karena berkaitan dengan pekerjaan konstruksi.

Kesesuaian Competitive Catalogue dengan Prinsip Pemilihan Produk

Walaupun competitive catalogue digunakan untuk kompetisi konstruksi, prinsip dasar pemilihan produk tetap berlaku: prioritas penggunaan PDN, prioritas usaha kecil, dan ketentuan TKDN sebagaimana diatur dalam pedoman. Pembeli tetap harus memastikan bahwa penyedia yang berpartisipasi memenuhi syarat tersebut.

Pedoman e-purchasing memberikan urutan prioritas pembelian berdasarkan nilai TKDN dan prioritas UMKM untuk nilai paket tertentu. Hal ini berlaku juga dalam competitive catalogue, meskipun objek yang dikompetisikan adalah komponen dasar konstruksi. PPK harus tetap menilai apakah komponen konstruksi yang ditawarkan memenuhi ketentuan lokal dan kebijakan nasional.

Contoh Kasus Penggunaan Competitive Catalogue

Untuk memahami bagaimana competitive catalogue diterapkan dalam situasi nyata, bayangkan sebuah instansi pemerintah yang ingin merenovasi gedung administrasi. Renovasi tersebut membutuhkan pekerjaan ringan seperti pengecatan, penggantian plafon, perbaikan lantai, pemasangan instalasi listrik, dan perbaikan sanitasi. Semua pekerjaan ini terdiri dari komponen dasar konstruksi yang sudah tersedia dalam competitive catalogue.

PPK tinggal memilih komponen konstruksi sesuai kebutuhan proyek, memasukkan volume pekerjaan, lalu mengajukan kompetisi harga melalui sistem. Beberapa penyedia yang telah mengunggah komponen konstruksi mereka ke sistem kemudian memberikan penawaran harga. PPK membandingkan penawaran, mengevaluasi total biaya, dan memilih penyedia yang memberikan harga terbaik.

Proses ini jauh lebih cepat daripada tender tradisional. Selain itu, data komponen yang distandarkan memastikan bahwa penawaran antar penyedia dapat dibandingkan secara apple-to-apple.

Masa Depan Competitive Catalogue dalam Sistem Pengadaan

Competitive catalogue merupakan inovasi yang relatif baru dan masih terus berkembang. Dengan semakin banyaknya penyedia konstruksi yang memahami manfaat metode ini, data komponen konstruksi yang tersedia akan semakin lengkap dan bervariasi. Ke depannya, metode ini berpotensi digunakan untuk berbagai pekerjaan konstruksi skala menengah yang saat ini masih membutuhkan proses pemilihan penyedia yang panjang.

Selain itu, integrasi dengan fitur katalog lainnya seperti pemilihan penyedia usaha kecil, prioritas PDN, dan perhitungan TKDN akan membuat competitive catalogue semakin relevan dengan kebijakan pembangunan nasional.

Competitive Catalogue sebagai Masa Depan Kompetisi Konstruksi

Competitive catalogue adalah jawaban atas kebutuhan pemerintah untuk melakukan pekerjaan konstruksi dengan cepat namun tetap kompetitif dan transparan. Metode ini memanfaatkan data komponen dasar konstruksi yang telah distandarkan dalam sistem sehingga proses pemilihan penyedia menjadi mudah, objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan. Pedoman e-purchasing mengatur metode ini sebagai salah satu dari tiga metode utama e-purchasing katalog, berdampingan dengan negosiasi dan mini kompetisi. Dengan pemahaman yang tepat, competitive catalogue dapat menjadi alat yang sangat efektif bagi PPK untuk mempercepat pelaksanaan pekerjaan konstruksi tanpa mengurangi aspek akuntabilitas.

Bagikan tulisan ini jika bermanfaat