Cara Mengikat Mutu Barang Tanpa Menyebut Merek

Dalam proses pengadaan barang pemerintah, menjaga mutu barang tanpa boleh menyebut merek tertentu sering kali menjadi tantangan tersendiri. Banyak pejabat pengadaan merasa bahwa menyebut merek adalah cara paling mudah untuk memastikan kualitas. Mereka tahu bahwa merek tertentu sudah teruji, sudah dikenal, dan punya reputasi baik. Namun aturan pengadaan mengharuskan semua pihak untuk menjaga kompetisi yang adil dan tidak diskriminatif. Karena itu, menyebut merek dalam spesifikasi teknis hampir selalu dilarang kecuali dalam kondisi yang sangat khusus dan dapat dibuktikan secara sah.

Inilah dilema yang sering terjadi di lapangan: di satu sisi pemerintah ingin mendapatkan barang yang berkualitas, tetapi di sisi lain tidak boleh menulis spesifikasi terlalu mengarah pada satu merek. Jika spesifikasi terlalu umum, penyedia bisa menawarkan barang berkualitas rendah dan tetap dianggap memenuhi. Jika spesifikasi terlalu detail dan hanya cocok untuk satu merek, maka auditor bisa menilai pengadaan tersebut tidak kompetitif. Tantangan ini membuat penyusun spesifikasi harus berpikir lebih kreatif dan lebih teknis dalam menggambarkan kebutuhan barang.

Mengikat mutu barang sebenarnya tidak membutuhkan penyebutan merek. Mutu bisa dipastikan melalui cara yang lebih elegan dan objektif, yaitu dengan menulis parameter teknis yang jelas. Parameter teknis seperti kapasitas, ukuran, performa, material, kekuatan struktur, atau kemampuan fungsional dapat menggambarkan kualitas tanpa mengarahkan pada nama pabrikan tertentu. Misalnya, ketika instansi membutuhkan monitor berkualitas baik, mereka tidak perlu menulis merek tertentu; cukup menggambarkan resolusi minimal, jenis panel, tingkat kecerahan, dan teknologi layar yang dibutuhkan. Dengan pendekatan semacam ini, banyak merek bisa bersaing, tetapi kualitas minimum tetap terjamin.

Selain parameter teknis, standar nasional dan internasional menjadi alat penguat mutu yang sangat efektif. Sertifikasi seperti SNI, ISO, ASTM, atau standar industri lainnya mampu menjelaskan kualitas barang secara konsisten. Barang yang telah lolos standar tertentu biasanya sudah melalui pengujian kualitas, keamanan, dan keandalan. Dengan memakai standar, penyusun spesifikasi tidak perlu terjebak pada satu merek karena seluruh produk yang memenuhi standar otomatis berada pada level kualitas yang dapat diterima. Ini adalah cara yang kuat untuk menjaga mutu sekaligus memastikan kompetisi tetap terbuka.

Material dan komposisi barang juga menjadi aspek penting dalam menjaga mutu. Banyak barang sebenarnya memiliki karakter mutu yang sangat ditentukan oleh jenis bahan yang digunakan. Kayu solid dengan kadar kekeringan tertentu berbeda jauh kualitasnya dibanding kayu press. Plat besi dengan ketebalan tertentu tentu lebih kuat dibanding yang lebih tipis. Bahkan dalam perangkat elektronik, teknologi chip, jenis penyimpanan, dan komponen pendukung dapat dijelaskan secara teknis tanpa menyebut nama perusahaan pembuatnya. Semua ini adalah cara halus untuk memastikan penyedia tidak menawarkan barang berkualitas rendah.

Namun mengikat mutu tidak selalu tentang menetapkan angka pasti. Dalam banyak kasus, yang lebih penting adalah menentukan nilai minimum atau rentang nilai yang dapat diterima. Dengan menulis “ketebalan minimal 1.2 mm” atau “kecepatan minimal sekian Mbps”, penyedia memiliki ruang fleksibilitas untuk menawarkan barang dari berbagai merek. Teknik rentang nilai ini membuat spesifikasi tidak mengarah, tetapi tetap menjaga kualitas minimum yang dibutuhkan. Evaluator juga akan dengan mudah menilai penawaran tanpa diskusi panjang karena parameter sudah jelas.

Saat menulis spesifikasi, penyusun juga dapat menggunakan metode “setara atau lebih baik”. Metode ini memungkinkan penyedia menawarkan solusi yang berbeda asalkan kualitasnya tidak lebih rendah dari spesifikasi yang diminta. Prinsip ini tidak mengunci penyedia pada angka absolut, tetapi memberi ruang inovasi. Banyak barang yang pada dasarnya memiliki performa lebih baik daripada standar yang ditulis. Tanpa prinsip kesetaraan, penyedia tidak bisa menawarkan alternatif baru yang sering kali lebih murah atau lebih efisien. Dengan metode setara atau lebih baik, pengadaan menjadi lebih fleksibel, lebih modern, dan tetap berkualitas.

Selain itu, sertifikat mutu menjadi bentuk pengendalian kualitas yang sangat kuat. Sertifikat seperti SNI, ISO, atau sertifikat laboratorium independen memastikan bahwa barang tersebut sudah diuji oleh pihak berwenang. Penyedia tidak bisa memberikan barang murahan jika spesifikasi mensyaratkan sertifikasi tertentu. Dengan adanya sertifikat, auditor pun lebih mudah memverifikasi bahwa barang yang diterima memang sesuai standar.

Pendekatan lain yang sangat efektif adalah spesifikasi berbasis kinerja. Dalam pendekatan ini, yang ditulis bukan detail fisik atau merek, melainkan output yang harus dicapai barang tersebut. Barang tidak dinilai dari labelnya, tetapi dari kemampuan kerjanya. Sebuah lampu jalan, misalnya, tidak perlu disebut mereknya. Cukup tulis berapa tingkat pencahayaan yang harus dicapai, berapa umur pakainya, berapa efisiensinya, atau bagaimana performa lampu tersebut dalam kondisi cuaca tertentu. Penyedia bebas menawarkan produk apa saja selama kinerjanya sesuai target. Pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan yang paling adil sekaligus paling efisien.

Garansi dan layanan purna jual juga menjadi instrumen pengikat mutu yang sangat kuat. Barang berkualitas rendah umumnya tidak berani memberikan garansi panjang. Dengan mencantumkan persyaratan garansi minimal dua atau tiga tahun, penyedia dituntut menyediakan barang yang benar-benar tahan lama. Garansi memastikan negara terlindungi dari kerusakan dini dan memastikan penyedia memberikan produk yang telah teruji kualitasnya. Layanan purna jual menunjukkan komitmen penyedia dalam mendukung barang setelah diterima.

Pada barang-barang tertentu seperti seragam, furnitur, atau bahan bangunan, pemeriksaan sampel atau contoh bahan menjadi cara verifikasi mutu yang sangat efektif. Meski merek tidak disebut, sampel fisik menunjukkan apakah barang tersebut memenuhi syarat yang ditentukan. Pemeriksaan sampel dapat mencegah penyedia menawar barang murahan yang sekilas tampak sama tetapi kualitasnya jauh lebih rendah.

Uji coba lapangan dapat pula digunakan untuk barang-barang teknis seperti alat konstruksi, peralatan medis, atau peralatan mekanik tertentu. Tujuannya bukan memilih merek, tetapi memastikan apakah barang tersebut benar-benar bekerja sesuai kebutuhan. Dengan uji coba, penyedia tidak mungkin memberikan barang yang gagal memenuhi performa dasar.

Pada akhirnya, cara mengikat mutu barang tanpa menyebut merek tidaklah sulit jika penyusun spesifikasi memahami prinsip dasarnya: kualitas bukan berasal dari nama merek, tetapi dari standar teknis, material, performa, sertifikasi, dan pengujian barang. Jika parameter teknis ditulis dengan jelas dan adil, penyedia dapat bersaing secara sehat, pemerintah mendapatkan barang bermutu, dan proses pengadaan tetap sesuai aturan. Mutu barang dapat dijaga tanpa menyebut merek sama sekali, asalkan spesifikasi teknis disusun dengan cermat, objektif, dan berdasarkan kebutuhan nyata.

Bagikan tulisan ini jika bermanfaat